Pada Dermaga Renta
Akhirnya,
semua akan kembali pada dermaganya
Pada persingghan
bahagia tempat melepas tawa bersama
Diatas jembatan
kasih yang menjadikan satu dalam sukma
Selalu dulu,
pada dermaga renta itu
Dedaun tawa
kita untai bersama
Reranting rindu
kita balut mesra
Bebatang kasih
kita dekap saying
Pun akar-akar
kesetiaan terlontar sebagai ikrar
Ya…
Bersamamu dan
dermaga itu kita temu teduh yang begitu syahdu
Menjelama semacam
tudung yang membalut lembut relung jiwa
Serta semacam jubbah
yang membungkus raga penuh manja
Dan suatu
ketika semua terjadi
Maka, biarlah
dinding langit melukis tawa, rindu, kasih pun kesetiaan yang kita rangkai. Sebagai
memoarabadi pada persingghan akhir mentari
Sketsa KONTAN, 2011
Lelaki Penyepuh Kabut
Entah mengapa
senja ini engkau buram
Sedang tadi
bahagia masih kulihat menggantung pada badan
Mungkin lelah
peneyebabnya
Mungkin jenuh
coba mencipta kelampada kembaramu atau ada duka yang menyumpal pada batinmu
Lalu kau pun tetap
diam pada sudut itu
Kembali menenun
senyum beku seraya membisu tanpa selontar kata yang terurai
Hanya mampu
mencipta Tanya duka
Saat itu angina
pun enggan menyapa dirimu
Burung-burung
pun tak mampu berkicau dihadapanmu, pun selimut senja ikut mendung melihat
tindakmu
Ah!!!
Baiknya aku
pun coba untuk sejenak bungkam dan menyikapi arti kediamanmu
Agar nanti
kembali dapat ku temu gurat suka pada paras tenangmu
Yang selalu
setia menyepuh kabut menjadi pelangi mimpi hidup, bagiku dan mereka
Sketsa KONTAN, 2011
*Dimuat dalam buka “Kanvas Sastra”. Antologi puisi mahasiswa Se-Sumatera
Utara tahun 2011.
0 komentar:
Posting Komentar