Maulana Siddiq
“Menembus Keterbatasan
dengan Menabuh Drum”
 |
Maulana Siddiq |
Sejatinya, hidup adalah
perjuangan. Keterbatasan yang kita miliki bukan menjadi pengahalang untuk
menuju kesuksesan. Karena keterbatasan adalah untuk di hadapi, dengan semangat
dan keyakinan.
Seperti sosok yang satu ini. Keterbatasan
yang ada pada dirinya tidak membuat ia berdiam diri. Ia tetap semangat dalam
hidup. Menembus keterbatasan yang ada, dengan mengukir prestasi yang
membanggakan. Maulana Siddiq, penyandang Tuna Grahita. Pemuda kelahiran Medan, 13 Maret 1995 ini
adalah seorang yang ceria dan bersahaja.
Pagi itu gerimis tipis turun
perlahan. Ketika menemui Maulana di sekolahnya. Tepatmya di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jl. Adinegoro No. 2 Medan. Ia tengah sibuk melayani
pembeli yang datang. Maklum saja, ia sedang berada di kelas wirausaha. Maulana,
dan temanya bertugas untuk menjaga pada saat itu.
Maulana anak sulung dari pasangan
Dwi Anto dan Rina Ardiani. Dari kecil Ia tinggal bersama andung dan atoknya,
yang kini berdomisili di Jl. Nilam 11 No 8, Perumnas Simalingkar. Pemuda yang mengaku menyukai warna hitam ini,
adalah seorang yang pendiam dan sedikit pemalu. Terbukti ketika diajak
berbincang, ia malu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Asmidar, guru
Maulana pun mengakui hal tersebut.
“Maulana ini orangnya pemalu, dan
pendiam. Kalau di tanyai banyak senyumnya. Berbeda dengan kawan-kawannya yang
lain. Tapi anaknya rajin. Walau di akademiknya kurang, tapi untuk kelas
keterampilan ia selalu lebih unggul dari kawan- kawannya yang lain” tutur
Asmidar.
Menempuh Pendidikan Disekolah Reguler dan Khusus
Pemuda yang nge-fans dengan Ikmal Tobing, drummer Maha Dewa ini adalah anak
yang mandiri. Berangkat sekolah dan pulang ia sendiri. Maulana kecil sempat
duduk di sekolah reguler. SD Muhammadiyah, dan Tsanawiyah Sawit Sebrang. Tamat
tsanawiyah, ia pun masuk di YPAC. Di YPAC ia kembali duduk di bangku SMP.
Setelah lulus, ia lanjut di sekolah yang sama dan sampai sekarang. Ia telah
duduk di bangku kelas XI. Maulana mengaku ada perbedaan ketika ia berada di
sekolah umum dan saat ia berada di sekolah khusus. Mulai dari proses adaptasi
terhadap lingkungan, teman-temannya dan juga mata pelajarannya. Di sekolahnya
terdahulu ia mengaku mendapat sedikit teman. Banyak anak yang menghindarinya.
Di karenakan keterbatasannya. Dalam pelajaran iya juga banyak tertinggal.
Namun, di YPAC ia mendapatkan banyak teman. Herbet, Samuel, Ari dan Bonar
adalah sahabat terdekatnya. Bahkan, ia telah menemukan tambatan hatinya. Malu-malu Maulana pun hanya mengangguk dan tersenyum sambil membenahi letak kaca matanya.
“Beda. Dulu, kawan saya sedikit.
Sekarang jauh lebih baik. Kawan-kawan dekat saya disini Herbet, Samuel, Ari dan
Bonar. Kami juga buat band, namanya YPAC Band.” ujar Maulana malu-malu.
Mengukir Prestasi
Dum, dum, dam.. dum, dum, dam…
Maulana menunjukkan kebolehannya
menabuh drum. Sewaktu berada di kelas musik. Dengan piawai ia membawakan
lagu Munajat Cinta. Ia pun menikmati alunan drum yang di tabuhnya. Menggerakkan
badan dan kepalanya. Maulana bersama kawannya telah membentuk YPAC Band, dan ia
sebagai drummernya. Dari sana pula ia mengukir prestasi yang membanggakan.
Menjadi juara 2, sebagai solo drummer untuk tingkat provinsi. Tidak hanya itu,
ia juga pernah menjadi pemenang untuk workshop ICT yang di adakan di Berastagi,
merakit CPU. Kemudian Khatam Al’Quran, dan mengaji lagu. Di groupnya, ia
dikenal sebagai sosok yang ramah, baik dan setia kawan.
“Mualana anaknya
ramah, baik dan setia kawan. Mau berbagi sama kawannya yang lain, waktu latihan
juga” papar Herbet, teman sekelasnya yang juga vokalis YPAC Band.
Setengah harian mengikuti
aktifitas yang dilakukan Maulana di sekolah. Mulai dari kelas wirausaha, kelas
kerumahtanggan dan kelas pertanian. Untuk bidang keterampilan yang ada di
sekolah ia cukup menonjol dan unggul. Jika ada kesempatan waktu, ia ingin
sekali ke Jakarta dan melihat monas secara langsung. Untuk cita-cita, ia juga
memiliki mimpi yang besar. Menjadi seorang TNI. Semoga apa yang ia harapkan
dapat terwujud. Aamiin.
Maulana adalah sebagian kecil dari
banyaknya anak-anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang dapat berkarya dan
berprestasi. Maulana memilih untuk berbuat dan berkarya daripada duduk diam dan
merenugi nasib yang ada. Semoga Maulana dapat menjadi inspirasi kita semua
untuk dapat berbuat lebih. Dengan apa yang kita punya dan kita miliki. Bahwa
keterbasan bukan penghalang kita untuk berbuat sesuatu yang berguna dan
bermanfaat. Bahwa Anak Berkebutuhan Khusus juga berhak mendapat kehidupan yang
sama dan setara diantara kita.
0 komentar:
Posting Komentar